Selasa, 26 Februari 2008

Dek Kris, begitu sunyi, begitu sepi


sehitam malam sesepi kelam rumahku kini

rumah piatu disingkap kegelapan diam diam

tapi sepancar cahaya dari sudut manakah ia

datang menjenguk sekedar saja

menitip salam dunia maya

rahwana terbang di angkasa mengapit gaun dewi shinta

aku datang kepadamu dengan impian purba

aku menjenguk dirimu dengan nafas penghabisan

lalu datanglah wajah wajah menitiskan gerimis

tubuhku basah tubuhku lelah

lalu datanglah kepadaku kenangan bunga bunga

hidupku resah pandanganku gundah

sehabis malam dalam kegelapan musim

aku ingin menghabiskan senyum ranummu

sendiri dalam kabut tipis

Sabtu, 23 Februari 2008

Dhian Hapsari, Bunga Takkan Layu


masih seharum bunga tubuh ranummu
kupetik setangkai saja
saat hujan gerimis menyiram laman rumah
angin menggerai rambutmu yang basah
rumah puisiku samping batu bukit kapur
menyimpan kenangan syair masa lalu
ketika kau hadir depan pintu
membangunkan tidurku
menyingkap gorden jendela
menyiram bunga bunga
akan kemanakah kita selepas senja
duduk di taman menunggu purnama
menikmati malam dalam cahaya

Kamis, 21 Februari 2008

Rumah Puisi Afrion Tepi Danau Toba





Danau Toba


sekali waktu di tanah batak
datang padamu mengetuk pintu
salam syair syairku

disambut angin menggetar dinding
disapu kenangan sepasang kunang kunang
dinding sembarang kayu ditulis sebait puisi
puisi rumah daun pintu yang patah
debu sarang laba laba
disikut sebaris kata memanjang
hutan kehilangan akar
akar kehilangan air rimbun daun

dalam desah yang parau
dalam gelisah percintaan peradaban
dalian na tolu dilamun tanah hitam
didera cambuk api kesaktian dewa

tiga puisi rumah dibawa angin
sepasang kupukupu
dalam badai daun berguguran
air mengalirkan segala riuh
menggali kubur tanah makam

kegersangan tanah pusaka
meraungkan tangis di ujung bukit
hutan pohon pinus sepanjang pandang
danau toba
akan kemanakah perginya

tak akan jadi sepasang kupukupu
mengenang pohon hilang di atas bukit
sepanjang jalan debu dihembus angin danau
rumah rumah rubuh
tubuh melepuh
luluh tengkurap di tepian makam

menyeka debu pada dinding
membawa tiga pucuk daun
menulis syair dan buku buku

aku syair dan buku buku
membisikkan takdir itu
dengan sekumpulan sajak abadi

2008

Selasa, 19 Februari 2008

Taman Kuliner Yogyakarta (Yuli Pipin Dian Hapsari)


Senja di taman setelah hari penghabisan
musim ini – melepas penat seharian – datang bersamamu
tiga pucuk bunga melepas aroma
dipetik ranting selembar daun
syair rindu tanah Melayu
penuh menyapa
senyum wajahmu

Sekalian kuceritakan syair Amir Hamzah
mencari rumah piatu Lilik Sundari
membuka pintu menepis udara basah embun
di Surakarta tiada siapa memberi kabar
berkeliling berputar putar membuat tubuh gemetar
menyinggahi kraton tanah keramat
makan dijaga roh purba para datuk

Ia telah mangkat
meninggalkan pergolakan
dalam keterlanjuran
dihempas peradaban
tapi dapat kuhirup jiwa pengabdian
dengan ketulusan cinta

waktu lalu menggigilkan tubuhku
menjelajah stasiun kereta solobalapan
dingin bersendiri dipiggiran pintu
menyeka debu pada wajah
merenungkan percakapan
rindu berpantun-pantun membawa tiga pucuk daun
dipetik ranting selembar daun
seketika menyinggahi jalan di lempuyangan

Senja ini selepas azan magrib
akan ada yang datang dan pergi
bersamamu dengan mata sayu
kelelahan seharian di taman
menjaga tanah harum sorga

“Aku akan pulang ke tanah Melayu” bisikku
kau diam menyapa
“ah, begitu cepatnya”
baru saja hujan gerimis menepis kerinduan
kisah yang tak habis semalam
melepas cemas dalam perseteruan angka angka

2008


Jumat, 01 Februari 2008

Hai...Kaukah Itu di Balik Tirai Jendela


Deksarah


jika risaumu serisau tahun berganti, dek
akan kukirim syair pelepas dahaga

jika ingatan melabuhkan tubuh yang luka sepanjang hari lalu
perjalanan menghempas rasa luka dukamu diam seketika
ditinggal hidup sendiri tapi kali pertama dirimu datang menjengukku
akan kukirim harum hawa sorga

(hidup yang patah hanya sementara
maka jangan biarkan dirimu dirundung duka)

raibkan kisah angin itu, dek
bayang luka senantiasa mengganggu jiwa
mengembaralah keangkasa maha, malaikat membawa cahaya
bagi diri yang senantiasa percaya

(ulangtahunmukah kini datang membawa kabar ke tanah melayuku, dek?)

jika risau tahunmu jika igau tak kunjung padam
maka layarkan bahtera nuh menyusuri kalut jiwa
jika risau tubuh dihantam bayang mengebiri sepanjang hari lalu
maka layarkan keyakinan firman dan hadist


Medan, 2007

Khuldiku


lelah sukmaku lepas sukmamu
cemas penghabisan segala muara

masuklah
silahkan kau rebah

cahaya tubuhmu
depan pintu

membias dalam hidup
memupus keterlanjuran

khuldiku
jemputlah dosa kita itu
kiamat jatuh sepanjang dunia
tempat Adam dan Hawa samsara


1988 – 2008