Jejak Langkah
-kepada Dimas Arika Mihardja
lima puluh jejak langkah menyapa kabut tipis
daun daun gugur mengeja sabda di balik redup cahaya
dalam kedap suara merasakan debar jantung
debar yang tak jua henti memberi kabar
tentang isyarat batu menyingkap tabir usia
tapi kelebat camar berkabar tentang risau pohon
angin dan guguran daun jatuh di rimbun bambu
mengelana dalam jiwa
cahaya matamu seketika memahat senja
menyeka kelu tulang menikung gelombang
lalu kau di antara lelaki bertualang ditumbuhi sayap
sekali waktu tiba
digaris tanganmu tumbuh bunga-bunga
tentang lumut atau batu
ketika dadamu tertahan riak rindu
angin biaskan cahaya menyambar senja
tapi tak ingin darah mengutukmu
pergilah ke mihrab
mengejar takdir kembali ke tanah suci
Medan, 2009
Rabu, 03 Juni 2009
Senin, 25 Mei 2009
Cahaya Buah Hati.
Cahaya
seperti burung terbang dalam senja
kau menari penuh wangi bunga
langit menyingkap tirai menikmati aroma
lalu wajahmu menjelma cahaya merah saga
pejamkanlah matamu
biar kubasuh rintik hujan
jika kupahami makna musim dan kutahu kau sendiri
mengepakkan sayap menjelajah langit luas
tak kulepas kau pergi dengan luka duka menganga
di tengah badai
diterjang angin
2009
seperti burung terbang dalam senja
kau menari penuh wangi bunga
langit menyingkap tirai menikmati aroma
lalu wajahmu menjelma cahaya merah saga
pejamkanlah matamu
biar kubasuh rintik hujan
jika kupahami makna musim dan kutahu kau sendiri
mengepakkan sayap menjelajah langit luas
tak kulepas kau pergi dengan luka duka menganga
di tengah badai
diterjang angin
2009
Rabu, 11 Maret 2009
MIA
menari tengah cahaya merah jambu
diayun langkah dendang pakpung melayu
kucipta syair langit biru
ahoi, penyair langit!
penyair mambang dijaga sepuluh datu
sepuluh warna bunga dalam dada
memandangmu dengan wajah sebait puisi, lalu
udara dingin mengembara ke dalamnya syair
bunga bunga sepanjang jalanan dingin angin
gigilkan tubuh
sekarang atau waktu sendiri
tiada siapa menghalangi
aku meminangmu dalam tarian
dalam cengkram malam
Langganan:
Postingan (Atom)