BUNG,
AKULAH MEDAN
Karya: Afrion
Bung,
akulah Medan!
sejak
tanah liat coklat merah dan pasir hitam
melintasi
rawa sungai sampai ke muara Selat Malaka
dari
tanah setapak ganggang kecil hotmix aspal beton
sampai
rumah dinding tepas gedung gedung pencakar langit
Tanah
berguru Patimpus
Kolok
dan Kecik berguru kepada Datuk Kota Bangun
dilindung
raja dan datuk datuk
tak
pernah diam sepuluh dua kuta
bertani
menanam lada
menamakanku
Medan Deli
Meski
Laksamana Kuda Bintan Gocah Pahlawan
penakluk Gunung Klarus, Pulo Brayan, Sampali, Percut,
Sigara-gara
Kota Bangun, Kota Rengas, Kota Jawa
sampai Sultan Ismail Raja Siak Sri
Indrapura
menaklukan Deli, Langkat dan Serdang di Sumatera
Timur
Bung,
akulah Medan!
dan
Medan, kau
bukan debu jalanan!
Biar
tanahmu dibuldozer lalu dipancangkan tiang tiang baja
dan beton beton
raksasa tumbuh mengakar
menggulung
akar pohon menimbun rabung atap rumah
bangunan bangunan
sejarah melarungkan darah
bau amis
udara kapitalis
Biar
perluasan kota menimbulkan huru hara
raung suara
pergolakan membela kampung terjajah
para
serdadu dengan tameng dan gas airmata
menembaki
saudara bagai belatung menginjaki tumpukan jerami
menghapus
jejak perjalanan masa silam
Biar
disetiap jengkalnya mengalir darah ibumu
pasir dan
batu bata menjadi makam makam semesta
mengepulkan
debu
Biar tubuh
tengkurap dihamparan retak tanah ulayat
takdir
menerawang menusuk setiap perjalanan
Sebut
namaku Medan
meski
langit langit berwarna kelabu
menembus
tujuh lapis cahaya
dan anak anak
manusia tak berdaya
menghadapi
tirani kekuasaan
hitam di
lumut batu
Bung,
akulah Medan!
dan
Medan, kau
bukan debu jalanan!
Kau bukan
siksa yang dibenam
bukan
suara menyenandungkan lara
nyeri,
perih, sedih, sakit yang mencekam
Medan, 2013