Minggu, 21 September 2008

Penantian

Dek,
biarlah hanya sebuah puisi, karena kusadari aku tidak hendak menggantungkan harapan yang tak pasti padamu atau mengusik ketenanganmu

bagaimanapun ia lelaki itu
yang kusebut paijo yang buntal akan membawamu bukan?
dalam kebahagiaan menuju langit rumah cinta baru

biarlah puisi mengabarkan salam demi kebahagiaanmu menuju rumah yang lama kau idamkan.

salam pada cinta


: penyair langit


jika puisi dapat merubah rindu pada langit, akan kumaknai malam dengan wajah bidadari seperti hikayat bunda yang pernah kita baca dalam dongeng masa lalu, dengan bias cahaya menerang ruang - merenungkan suatu waktu di tepi ranjang pengantin - mengalungkan liontin merah jambu

jika puisi dapat mengabarkan cerita pada jiwa yang hampa, akan kususun beribu kata tentang anak-anak yang menanti jejak pagi seperti iringan burung pulang menuju rumah cinta, dengan wajah penuh rias beraroma melati surga

jika puisi ternyata tidak sebaitpun menuntunmu mengungkap makna siang dan malam, rimba yang rimbun menghalangi pandang - menapaki jejak rumahmu yang dulu pernah kutanamkan bunga bunga beraneka warna, maka habislah sudah riwayat penantian yang lama menaburkan rindu padamu

jika puisi dan aku ternyata tidak bisa mengingkari janji, biarlah laut berombak membawa perahu menuju darat yang tak tampak, meski makna kesetiaan hanya udara di ruang kehampaan - aku tak hendak memaksa tapi hidup selalu punya cerita - kenangan sehabis larut malam kembali pulang sendiri

bagimu penyair langit jadi puisi dalam lembaran kenangan
bagiku berhenti berharap menunggu isyarat

2008