Penyair Langit
apakah ini kisah akhir dari sebuah takdir
sampai aku tak bisa menulis puisi
menemui meneleponmu
karena lelaki buntal itu mengikat memenjaramu
dengan maklumat putus atau menjauhiku
seperti naga di tanah pilih
ia membelit tubuh di pucuk bukit
aku terkesima kehilangan darah dalam jiwa
kehilangan cinta
apakah ini kisah akhir dari sebuah takdir
sampai aku tak bisa menulis puisi
menemui meneleponmu
karena lelaki buntal itu mengikat memenjaramu
dengan maklumat putus atau menjauhiku
seperti naga di tanah pilih
ia membelit tubuh di pucuk bukit
aku terkesima kehilangan darah dalam jiwa
kehilangan cinta
Dewi /1/
:dalam gerimis hujan
membayang wajahmu
dalam keremangan waktu cahaya membias
angin mengabarkan rinai hujan gerimis
lalu lirih suara menggema
dalam lautan teduh air bening
membasuh rambutmu
pandangan jauh ke angkasa maha
meraba detak jantung
dering suara melengking
mengetuk pintu tigakali
menyentak lamunan mengabarkan kisah
labuhkan cinta ke dermaga akhir
begitu lama sampai tak terkira
menghitung bunga bunga mekar
bahasa tubuh sepanjang bayang jatuh
dipungut gelisah cahaya sorga
lalu resah kabut bukit
membisikkan takdir
dalam kehidupan akhir
Dewi /2/
senantiasa memendam rasa
mazlina bias cahaya purnama
sendiri membawa keinginan
meniti hari penantian
menunggu teduh
mata yang luluh
riak kisah air
kisah air dalam hujan pagi
di muara pantai kita bisikkan takdir
untuk kehidupan akhir
kaupun membasahi wajah
menyapu tangan hingga kaki
setiap kali pertemuan
Dewi /3/
seperti angin kita melayang
mengikuti gelombang laut
susuri pantai pasir
aku mengingatmu selalu
dalam puisi
nyanyikanlah syair buluh perindu
mengabarkan keinginanmu
dalam hidup hingga batas akhir
di dermaga takdir
:dalam gerimis hujan
membayang wajahmu
dalam keremangan waktu cahaya membias
angin mengabarkan rinai hujan gerimis
lalu lirih suara menggema
dalam lautan teduh air bening
membasuh rambutmu
pandangan jauh ke angkasa maha
meraba detak jantung
dering suara melengking
mengetuk pintu tigakali
menyentak lamunan mengabarkan kisah
labuhkan cinta ke dermaga akhir
begitu lama sampai tak terkira
menghitung bunga bunga mekar
bahasa tubuh sepanjang bayang jatuh
dipungut gelisah cahaya sorga
lalu resah kabut bukit
membisikkan takdir
dalam kehidupan akhir
Dewi /2/
senantiasa memendam rasa
mazlina bias cahaya purnama
sendiri membawa keinginan
meniti hari penantian
menunggu teduh
mata yang luluh
riak kisah air
kisah air dalam hujan pagi
di muara pantai kita bisikkan takdir
untuk kehidupan akhir
kaupun membasahi wajah
menyapu tangan hingga kaki
setiap kali pertemuan
Dewi /3/
seperti angin kita melayang
mengikuti gelombang laut
susuri pantai pasir
aku mengingatmu selalu
dalam puisi
nyanyikanlah syair buluh perindu
mengabarkan keinginanmu
dalam hidup hingga batas akhir
di dermaga takdir
Dewi /4/
lalu datanglah kepadaku harum bunga
bunga cahaya tumbuh di dasar jiwa
tempat kupu kupu terbang mengelana
menyusuri sungai kecil membawa syair
syair rindu gemericik air
membawa senyum bagi penyair
dalam hidup hingga akhir
Medan, 15 April 08