Rabu, 30 Maret 2011

IA PEREMPUAN ITU, BERGAUN MERAH, BERDIRI DI ATAS ALTAR DINDING MASJIDMU


: Kiki Fazrina


sekali waktu

menunggu dalam altar masjidMu

membaca gelagah daun basah

semak belukar taman dan kejaiban alam


sekali waktu

kita bertemu mencipta lingkaran

perlahan mengambang

menyeruput sayup irama bentang sajadah

antara mihrab pembatas dan tipis tirai putih


sekali waktu sepi, rindu

menatap lengang kubah

terperangah


ia perempuan itu bergaun merah datang bersembah

dalam nyala rindu sepi sajadah

sekali berdiri seribu lantun lepas


di bibir yang merontakan lafaz takbir

ia sertakan doa melepas beban

berkali-kali di setiap lekuk altar


sekali waktu menunggu

di sembahyang fardhu

setiap daun tumbuh

tubuh mengakar dilengkung pilar

PEREMPUAN YANG TERSENYUM PADA CERMIN, LAILAN SYAFIRA JELAJAHI LAUT SEMESTA



Sulit kuterka garis lekuk wajahmu

dalam hening waktu

dalam altar jiwa melenakan irama alif ba ta


Bla waktu mengeja nama

setiap kali kudengar suara

kau asmara di lekuk sabda

menjelajahi rupa melantunkan doa-doa


aku terharu

hari terasa begitu sempit

sekejab hilang sekejab wajahmu datang

membayang


Ini mata sulit menerka

bila berkaca menuai alif ba ta

sabda firman Tuhan


Ini hati begitu gemetar berdebar

Sebab tubuh luluh menguji lekuk riwayat

lalu waktu setia menunggu

malaikat mencatat riwayat akhirat

menjelajahi hidup sempurna dalam semesta


lenalah tidurmu

menyemai zikir

menghitung tasbih

Allah Allah Allah

WAJAH SERUPA CAHAYA

:Ulfa dan Winda

dalam sajak ada kata terpendam

ada bunyi yang riuh

tertahan riak gelombang

lalu

tatap mata cahaya

lebih dari sekedar cahaya

biar impian tak terhenti dalam jiwa

karena kau adalah mahkota

jiwa keindahan dalam sukma

hidupmu tawa

senyum penuh pesona

dalam tanya yang panjang

ketika segelas kopi menjadi dingin dilumat embun

hari telah larut dan kata tak juga surut

membiaskan cahaya

mengelana terhuyung dan termangu

merasakan getar jiwamu

MENGAPA HARUS CINTA

mengapa harus cinta, begitulah kutanya padamu, kekasihku

di antara daun daun, kicau burung dan desir angin

menatap udara basah embun


apa yang kan kujawab, sayangku

ketika tanyamu membuat suaraku parau

ketika udara meleburkan warna di tanah merekah


bila hujan bersembunyi di balik awan

kemarau mengeringkan daun-daun,

katakanlah kita, karena kita telah dipersatukan oleh cinta

bukan karena kehendak siapa-siapa


cinta melekatkan hidupku dan hidupmu

jangan ragu bila bayang bayang keluarga

menunggu dengan seribu tanya menggantung di kepala


aku ingin kau mengerti

apa yang kupikirkan kini

antara kita - hidup kita – cinta kita


Biarkanlah cinta bertualang menuju muara yang tak tampak

biarkan cinta menyelami kedalaman kalbu


mengapa harus cinta, begitulah kutanya padamu, kekasihku

di antara daun daun, kicau burung dan desir angin

menatap udara basah embun


mengapa harus kita perdebatkan

bila perdebatan meretakkan keinginan

ketika keinginan menjadi lidah api yang membakar semua impian

ketika semua dalam praduga, ketika semua kemudian menjadi sia-sia


sebab tiada kata dapat terucap

mengungkap hidupku meyakinkan dirimu

selain cinta dalam keinginan yang sama


adakah ragu lebih baik dari tanya, cintaku

bila sebiji kurma pun semakin terasa pahit

bagaimana aku kan menjawabnya


aku mencintaimu seperti cahaya

lidah api membarakan cahaya

menyinari keinginan diri

membawa kita menjauh

semakin jauh

menggelorakan asmara




DARA


Aku kabut dalam celah dedaunan

antara ranting dan batang daun

jaring laba-laba dan sarang burung pipit

mengikat igau lumut batu


wajahmu angkasa memikat semesta

sabanhari ketika pulang dan pergi

kubaca sajak lirih dalam detak waktu tiba

karena aku kabut

karena dirimu


hatiku dan hatimu bersatu

dalam sajak sajak rindu

kan kunikmati selalu kisah rindang dedaunan

teduh memayungkan diriku dan dirimu


karena aku kabut

karena dirimu

biarkan waktu menghitung helai nafasku

biar kupahami makna siang dan malam


karena aku kabut

karena dirimu

dara pemikat asmara


karena aku kabut

karena dirimu

kirimkan sajak sajak pelapas dahaga


karena aku kabut

karena dirimu

syukuri kesetiaan, meski senja

merubah warna cahaya