selalu ada suara kecipak di buih
air, seakan rintih pedih
berkabar tentang lumut dan batu cadas
nganga luka sekian tahun lamanya
digerus lidah kaki pengembara
bahkan sesudah itu
seperti meneguk tetes embun di
pucuk daun
daun-daun kering di tikungan
dirajam takdir pecahan batu menelan
kisah-kisah pilu
tentang pejalan yang terlanjur
tentang hidup dalam takdir
pengasingan
selalu saja setelah ujur, terdengar
doa kekasih
bersyukur dalam linang air mata,
mengendap ke ubun-ubun
pada pucat darah gemetar seluruh
rongga
harusnya aku datang padamu
selalu setiap waktu
mendengar titah membaca peta membuka
rahasia
tiada menoleh lagi
susuri jalan mengikuti arah mata
angin
tanpa risau digerus lidah api
ahoi
menarilah dalam senandung lidah api
di puncak mana menanti sang
bidadari
dari bukit ke paruh kawah gunung
bersijingkat mencari cahaya
dimana cahaya memburu rupa
segala warna
menghapus dosa yang terkapar
menanti ajal
ahoi
datanglah kepadaku
sebelum hari penghabisan
membelah musim taman surga
datanglah meski bukan sebagai
kekasih
bagi perindu yang hatinya kabut
bahwa hidup memiliki batas usia
mengakhiri perjalanan menelusuri kegelapan
membuka percakapan
mengakhiri perjalanan menelusuri kegelapan
membuka percakapan
menggenggam
kedua telapak tangan
menanggung takdir di perantauan
mengeja sabda nabi mengharap doa
kekasih
duduk dipangkuan
telah kubaca arah mata angin
di tikungan mana terdengar kabar
tanah runtuh
gelombang air menggulung akar pohon
sekalipun tanah dirundung mantra segala doa
gelombang air menggulung akar pohon
sekalipun tanah dirundung mantra segala doa
hidupkan berakhir pada masa
A. 2012