Rabu, 03 Oktober 2012

VIE


mungkin aku takkan pernah tahu, kapan kau mengenalku
kapan waktu berpikir, merasakan getar masa lalu
menemukan dirimu, menembus hujan dan kelokan
persimpangan yang tak tercatat
yang tak tertulis dalam buku buku
sejarah dan ensiklopedia
yang tergerus masa
terlupakan
tertanam begitu dalam

mungkin aku alpa, kapan waktu kita bertemu
kapan waktu kembali pada kenangan
menghitung mimpi termangu menatap diri
menatap wajahmu
mengulang sisa percakapan
di tengah malam buta
di tengah hujan datang tiba tiba

waktu telah larut, Vie
waktu hujan tiba
kau sapa tubuhku yang kedinginan
sebait syair lepas dari genggaman

vie san sinsar – vie san sinsar
berwajah sendu – kau duduk termangu
di tengah derai syair mata biru
melepas sepasang kunang kunang
menungguku dipersimpangan tak bertanda
tak tercatat waktu
tak hirau malam dan hujan
tak ingin meninggalkanku
sendiri larungkan perahu
menuju samudera tak berbatas

mungkin aku syair yang lepas landas, menyingkap kabut dan awan
di tengah badai, menerawang waktu kembali padamu
serupa dahulu, pertama kali kita bertemu
menunggu hujan reda
menunggu pagi
menunggu matahari

A. 2012


INTANIA Snufiz


untuk yang pertama, di tengah harum bunga bunga
di antara rimbun daun, buah dan ranting batang pohon
tanah basah, udara lembab, hujan jatuh di buih ombak

kutuliskan syair untukmu
syair tentangmu intania snufiz
tentang batas meleburkan jarak

bunga penuh warna – jiwa tiada hampa
menempuh jalan panjang berliku
setiap waktu

mengikuti jejak pengembara
menepis lipatan lipatan debu

kurasakan dirimu menggetarkan peradaban
menikmati kehidupan
mengungkap hasrat dan keinginan
seperti udara di bening embun
segala rupa, tangan yang tak pernah diam
pun senyum yang lekat
menjadi igau waktu
menjadi lantun semangatmu

syair dan buku buku menuliskan takdir itu
tentang keinginan menjaga kehidupan
tentang kita dan cita cita
harungi semesta menancapkan arah
ke jalan jalan terarah

akan kutuliskan pula syair buluh perindu
berkabar tentang angin dan burung burung
menuju puncak yang tak tampak
menaiki seribu anak tangga, mendengar suara membentuk irama
intania snufiz
intania snufiz
genggamlah tanganku mengharungi waktu berlalu

2012


SIFA


ini tentang percakapan kita
pada rindu yang datang mengenang
pada sepi yang mencekam di liang temaram

kusemai kalbu pada zikir tasbihmu
menguji lekuk riwayat
melantunkan doa-doa

ini tentang persaudaraan kita yang tumbuh seketika
mengembara mengikat impian bersama
di antara daun daun, kicau burung dan desir angin
betapa setia pada jejak bayang menjelajahi  rahasia perjalanan
membaca kalbu mengurai kisah masa lalu

aku ingin kau mengerti apa yang kupikirkan kini
antara kita - hidup kita – rindu yang datang tiba-tiba
pada kedalaman kalbu
bertualang mengenang pertemuan
sebab tiada kata yang terucap selain keinginan
menyatukan dirimu dalam hidupku
dalam keinginan yang sama
adikku
2012

NEST YANG TERSAKITI










kusebut namamu nest
dari bunga, rasakan getar perjalanan
hingga waktu menjadi teka teki

lalu teka teki menjadi dongeng kegalauan
setelah kau lepas airmata kebencian
melintasi udara, mengajakmu menjauh
hingga cinta terbenam dalam
dan tak kau ingat lagi
lagi dan lagi
rasa ingin kembali pada lelaki
seperti muntahan lahar
tertanam di lembah-lembah
sesudah debu melayang terbang
awan mengapungkan dendam

dan kubayangkan matamu
darah bagi penyair

nest
inilah puisi yang kutulis selepas rintik hujan
dinginkan didih kemarahan
menembus dahaga kehausan
melepas dendam dan kebencian
karena lelaki ternyata
membenamkanmu dalam nestapa

bila kau rasa pedih karena luka menyayat
Jauhkan hidup dari rasa sedih
karena titik cahaya dalam kelam perjalanan
bukan lara dalam kehidupan
mungkin lelaki hanya pilar kehampaan
maka jauhlah diri dari beban pikiran

nest
endapkan riwayat masa lalu dalam impian
karena impian akan menghitam mengikut jejak air
lalu sempurnakan tatapmu
pada hujan yang menjelmakan wajah kepastian

A. 2012