Rabu, 19 Januari 2011

IMRON

IMRON

oleh Afrion Medan pada 18 Januari 2011 jam 23:39


Imron,

bila aku menyetubuhimu dengan belati, karna kata-kata tak bisa menangkap angin

jangan tertawaiku di cermin, jangan meledek dengan tangis rindu yang pecah di cermin

sebab birahi bukan anak-anak kehilangan mainan, atau perempuan malang yang celaka di hanyut riak air, bukan kedalaman yang memabukkan, bukan persetubuhan atau perselingkuhan sajak sajak manja, bukan air mata yang nyinyir tak ada hentinya, bukan getah mangga atau lendir ludah yang nestapa dan bukan siapa-siapa

ketika aku mengenalmu, kau hanya sebatang lisong yang gagu, yang tak pandai berpura pura, lucu dan ciut nyalimu. Kau tak berani menunggang kuda, mendaki bukit atau tidur dalam hutan gelap gulita. Tak berani menyapa tapi selalu menggoda perempuan pulang mengaji. Kau tak ingin sekolah karena mulutmu terkunci, tak berani berkata-kata, tak mengenal cinta.

tapi kini, kau seperti seekor singa lapar dalam gurun tandus. Mulutmu seperti gunung api yang meletuskan batu batu seperti anak badai mandi di kali berenang dan berkejaran. Sekali waktu aku membencimu karena tak pandai menggoda birahiku, sampai aku kaku dan mati sendiri.

kau tidak seperti Rudi atau deni, juga tidak seperti sukma, tapi gayamu seperti singa di afrika, nelson mandela yang hitam legam atau muhammad ali yang bertinju dengan tangan gemetar. kau seperti kuda binal yang tak faham tentang keinginan, kau hanyut dengan seribu kata-kata.

Imron,

ini aku saudaramu yang setia membaca kisah kisah asmara, jangan cemburu, jangan merayu, jaga aku sampai kita mati berdua, bersama menunggu takdir hidup.